Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, Alat Musik mengalami perubahan.
Sebelumnya, orang yang hanya memanfaatkan tubuh sebagai alat musik dan hanya
bersifat ritmis.
Musik merupakan napas bagi kehidupan semua orang. Musik mampu menyatukan berbagai perbedaan yang ada di antara manusia. Bahkan, musik mampu menjadi media komunikasi di antara semua lapisan masyarakat tanpa memperdulikan perbedaan harkat dan martabat.
Perkembangan yang terjadi pada musik saat ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan tatanan kehidupan manusia. Musik saat ini tidak lagi dijadikan sarana peribadatan, tetapi sudah menjadi sarana hiburan dan pendidikan. Musik saat ini telah menjadi sesuatu yang universal dan dapat dinikmati semua orang.
Musik merupakan napas bagi kehidupan semua orang. Musik mampu menyatukan berbagai perbedaan yang ada di antara manusia. Bahkan, musik mampu menjadi media komunikasi di antara semua lapisan masyarakat tanpa memperdulikan perbedaan harkat dan martabat.
Perkembangan yang terjadi pada musik saat ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan tatanan kehidupan manusia. Musik saat ini tidak lagi dijadikan sarana peribadatan, tetapi sudah menjadi sarana hiburan dan pendidikan. Musik saat ini telah menjadi sesuatu yang universal dan dapat dinikmati semua orang.
MEDIA KOMUNIKASI MELALUI MUSIK
1. Musik sebagai sarana peribadatan
Di beberapa daerah di Indonesia, musik sangat menyatu dengan kehidupan masyarakat. Masyarakat suatu daerah sangat menjungjung tinggi, memelihara, dan menghormati nilai-nilai yang terkandung di dalam musik. Dengan demikian, musik suatu daerah dapat lestari hingga saat ini.
Masyarakat Sunda, khususnya dalam tradisi bercocok tanam padi, melakukan ritus-ritus untuk memuliakan dan menghormati Dewi Padi atau Dewi Sri. Angklung merupakan salah satu Alat Musik bunyi-bunyian yang kadang-kadang disertai dengan nyanyian merupakan salah satu sarana untuk menghormati Nyi Pohaci Sangyang Sri.
Angklung sebagai ritus dari penanaman padi masih digunakan oleh orang sunda yang berdiam di pedal aman, seperti di ciptarasa (tergabung dalam kesatuan Banten Kidul), Kabupaten Sukabumi, Cipining (bogor), cijulang (Ciamis), Sanding (garut), dan Arjasari (Bandung).
2. Musik sebagai sarana pendidikan
Awalnya, musik hidup dan berkembang di lingkungan nonformal. Masyarakat luas yang memiliki kepedulian dan kepentingan tertentu berusaha melestarikan musik. Untuk lebih melestarikannya masyarakat menjadikan musik sebagai bagian dari bidang pendidikan. Dengan begitu para generasi penerus memiliki wawasan budaya dan sikap kreatif untuk menghargai karya - Karya Musik, baik dari para seniman lama atau baru.
Alat-alat musik yang kerap diajarkan cara memainkannya disekolah-sekolah formal, antara lain recorder, suling, calung, pianika, keyboard, kecapi, gendang, gitar, angklung, serta gandelan.
3. Musik sebagai sarana hiburan
Musik sebagai sarana hiburan biasanya kita temukan pada perayaan pesta pernikahan, khitanan, pesta rakyat, dan sebagainya. Musik tersebut sipatnya menghibur para penonton. Karena itu kadang-kadang kualitas musiknya kurang baik. Misalnya kualitas tidak penting, yang penting musik dapat mengikuti selera penonton. Dan akhirnya, penonton puas melihat pagelaran musik. Sebagai contoh kesenian angklung, menjadi salah satu hiburan masyarakat yang digelar disanggar seni “Saung Angklung Udjo” yang dahulu dipimpin oleh Bapak Udjo Ngalagena.
Di beberapa daerah di Indonesia, musik sangat menyatu dengan kehidupan masyarakat. Masyarakat suatu daerah sangat menjungjung tinggi, memelihara, dan menghormati nilai-nilai yang terkandung di dalam musik. Dengan demikian, musik suatu daerah dapat lestari hingga saat ini.
Masyarakat Sunda, khususnya dalam tradisi bercocok tanam padi, melakukan ritus-ritus untuk memuliakan dan menghormati Dewi Padi atau Dewi Sri. Angklung merupakan salah satu Alat Musik bunyi-bunyian yang kadang-kadang disertai dengan nyanyian merupakan salah satu sarana untuk menghormati Nyi Pohaci Sangyang Sri.
Angklung sebagai ritus dari penanaman padi masih digunakan oleh orang sunda yang berdiam di pedal aman, seperti di ciptarasa (tergabung dalam kesatuan Banten Kidul), Kabupaten Sukabumi, Cipining (bogor), cijulang (Ciamis), Sanding (garut), dan Arjasari (Bandung).
2. Musik sebagai sarana pendidikan
Awalnya, musik hidup dan berkembang di lingkungan nonformal. Masyarakat luas yang memiliki kepedulian dan kepentingan tertentu berusaha melestarikan musik. Untuk lebih melestarikannya masyarakat menjadikan musik sebagai bagian dari bidang pendidikan. Dengan begitu para generasi penerus memiliki wawasan budaya dan sikap kreatif untuk menghargai karya - Karya Musik, baik dari para seniman lama atau baru.
Alat-alat musik yang kerap diajarkan cara memainkannya disekolah-sekolah formal, antara lain recorder, suling, calung, pianika, keyboard, kecapi, gendang, gitar, angklung, serta gandelan.
3. Musik sebagai sarana hiburan
Musik sebagai sarana hiburan biasanya kita temukan pada perayaan pesta pernikahan, khitanan, pesta rakyat, dan sebagainya. Musik tersebut sipatnya menghibur para penonton. Karena itu kadang-kadang kualitas musiknya kurang baik. Misalnya kualitas tidak penting, yang penting musik dapat mengikuti selera penonton. Dan akhirnya, penonton puas melihat pagelaran musik. Sebagai contoh kesenian angklung, menjadi salah satu hiburan masyarakat yang digelar disanggar seni “Saung Angklung Udjo” yang dahulu dipimpin oleh Bapak Udjo Ngalagena.